OLEH
: SAMUEL W. KOBEPA
OPINI_ “Setiap tahun pada tanggal 14 Februari, tak terhitung
jutaan orang merayakan sebuah hari yang kita kenal sebagai Hari St. Valentine.
Kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa kebanyakan orang tidak pernah mempertanyakan
asal-usul/ adat istiadat perayaan Valentine. Sebagian orang hanya ikut-ikut
saja Kita harus tahu darimana sebenarnya asal usul tentang valentine,? Pada
masa Kekaisaran Romawi, bulan Februari adalah bulan terakhir dan terpendek.
Awalnya Februari terdiri dari 30 hari, tetapi
ketika Julius Caesar menamai bulan July/ Juli sesuai dengan namanya Julius, ia
memutuskan untuk membuat bulan itu lebih panjang dan Februari disingkat menjadi
29 hari sementara bulan Juli menjadi 31 hari. Kemudian, ketika Octavius Caesar,
juga dikenal sebagai Augustus, berkuasa, ia juga menamai bulan Agustus seperti
nama dirinya sendiri, dan tidak mau kalah dia juga mengurangkan hari dari bulan
Februari dan memberikan bulan Agustus dari 30 hari menjadi 31 hari. Dan sampai
sekarang penanggalan itu pun berlaku.
Bangsa Romawi kuno percaya bahwa
setiap bulan memiliki roh yang memiliki kekuatan dan mencapai puncaknya atau
puncak kekuasaan di pertengahan bulan. Biasanya pada hari ke-15, dan itu adalah
hari ketika penyihir dan ahli nujum, atau peramal melakukan pekerjaan sihir
mereka. Seorang ahli nujum adalah orang yang dipenuhi dengan kekuatan meramal,
dan dari kata aslinya, ahli nujum atau augur kita mendapatkan kata inaugutrate
atau “meresmikan”, yang berarti juga untuk “mengambil pertanda”. Sejak Februari
telah dirampok oleh Caesars dan hanya memiliki 28 hari, pertengahan bulan
Februari menjadi tanggal 14.
Karena dirayakan pada malam
sebelumnya, bulan Februari menjadi unik, karena pada hari ke-13 menjadi hari
yang menjelang pertengahan bulan itu, dan itu menjadi hari libur pagan
(penyemba berhala) yang sangat penting dalam Kekaisaran Roma. Hari suci 14
Februari disebut “Lupercalia” atau “hari serigala.” Ini adalah hari yang suci
atau kegilaan seksual bagi dewi Juno. hari ini juga untuk menghormati dewa
Romawi, Lupercus dan Faunus, serta saudara kembar legendaris, yang konon
mendirikan Roma, Remus dan Romulus. Yang konon pernah disusui oleh serigala di
sebuah gua di Bukit Palatine Roma. Sebuah gua yang disebut Lupercal merupakan
tempat pusat perayaan pada malam Lupercalia atau 14 Februari.
Sekarang ini, Lupercalia, yang
kemudian disebut Hari Valentine, Luperci atau pendeta Lupercus akan berpakaian
bulu kambing untuk sebuah upacara berdarah. Para pendeta dari Lupercus, dewa
serigala, akan mengorbankan kambing dan seekor anjing dan kemudian melumuri
tubuh mereka dengan darah. Setelah tubuh pendeta Lupercus menjadi merah karena
dulumuri darah, dia akan berjalan di sekitar bukit Palatine dengan menggunakan
tali yang terbuat dari kulit kambing yang dinamai “februa.”
Tristan-Isolde-tristan-isolde-5325508-1024-576 Wanita-wanita akan duduk di
sekitar bukit, lalu mereka akan dicambuki dengan tali kulit kambing supaya
mereka menjadi subur. Para wanita muda kemudian akan berkumpul di kota dan nama
mereka dimasukkan ke dalam kotak. Inilah “surat cinta” disebut “billet.”
Pria-pria Roma akan mengambil bilet, dan wanita yang membuat billet tersebut
akan menjadi pasangan seks liarnya, dan dia akan berzina sampai Lupercalia
berikutnya atau 14 Februari. lupercalia4Jadi, 14 Februari menjadi hari nafsu
seksual yang tak terkendali.
Warna “merah” dan “bentuk hati”
melambangkan kekudusan untuk hari ini. Bentuk-bentuk hati yang ada pada
perayaan ini bukan bentuk hati atau jantung dari organ tubuh manusia, melainkan
bentuk ini melambangkan rahim wanita atau membuka ke kamar persetubuhan yang
suci menurut mereka. “Lupercalia”, “The Day Of The Wolf” atau hari serigala.
Pria-pria menjadi serigala, karena mereka melakukan ritual setan yaitu
percabulan, yang juga berarti hubungan seksual tanpa pernikahan. Mereka merasa
telah mendengar dari “siulan serigala”, dan kita semua tahu bahwa serigala
tidak bersiul. Ini adalah laki-laki dan wanita yang penuh nafsu, yang melakukan
penghujatan dari Setan pada saat ini. Sebagai kesimpulan, kita harus bertanya
kepada diri sendiri, “Haruskah kita dihubungkan dengan cara perayaan akar
kejahatan ini.
Penulis ;
aktivis Mahasiswa Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar